Created 2019-01-02 08:48:33 | Updated 2019-01-02 08:48:33

 

Jadilah laksana pensil. Meski pensil patah berkali-kali, batu jelaga hitam di dalamnya masih bisa kita pakai untuk menulis. Bahkan hingga ke patahan terakhir, pensil tak kehilangan "jiwanya"; sang batu jelaga hitam itu. Ketika batang pensil telah lenyap terserut, sang "jiwa" pensil tetap abadi. Mungkin ia kini telah membentuk sketsa seorang pelukis, atau coretan rumus fisika seorang jenius, atau hanya sekedar garapan pekerjaan rumah seorang murid sekolah dasar. Bahkan ketika sang pelukis atau sang jenius telah tiada, sketsa itu dikenang dalam pigura, dan rumus fisika itu telah mengubah hidup banyak orang.

Jadilah jiwa yang kuat. Meski tubuh kita dipatahkan berkali-kali, jangan sampai kehilangan jiwa kuat kita. Karena kekuatan jiwa mengilhami diri kita sendiri. Dan, ketika jiwa kuat kita mengilhami orang lain, ia menjadi abadi, dikenang dalam tindakan dan mengubah hidup banyak orang. Keabadian memang tidak terletak pada tubuh fisik kita, namun pada jiwa kita; si batu jelaga hitam pensil itu.